Jumat, 07 Juni 2013

konsep dasar distosia power


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu ), penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan.
Dengan adanya keseimbangan atau kesesuaian antara faktor-faktor "P" tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung. Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan. Kelambatan atau kesulitan persalinan ini disebut distosia.
Salah satu penyebab dari distosia karena adalah kelainan gawat janin. Distosia berpengaruh buruk bagi ibu maupun janin. Pengenalan dini dan penanganan tepat akan menentukan prognosis ibu dan janin.

1.2  Tujuan
·         Tujuan umum
Untuk memenuhi tugas mata kuliah ASKEB IV.

·         Tujuan khusus
Untuk mengetahui :
-          Distosia kelainan tenaga/HIS
-          Deteksi dini kelainan/kemacetan persalinan pada partograf, dll







BAB II
ISI
2.1  KONSEP DASAR DISTOSIA POWER/ TENAGA
2.1.1   Distosia Kelainan Tenaga / HIS
Distosia adalah kesulitan dalam jalannnya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga/his adalah his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan.
Etiologi
Sering dijumpai pada primigravida tua dan inersi uteri sering dijumpai pada multi garavida; faktor herediter, emosi dan kekuatan memegang peranan penting; salah pimpin persalinan pada kala II atau salah pemberian obat-obatan seperti oksitosin dan obat-obatan penenang
Penanganan
Bila di jumpai pada permulaan persalinan lakukan evaluasi secara keseluruhan untuk mencari sebab-sebabnya.
Pada partus yang telah berlangsung lama atau terlantar berikan regim rehidrasi.
a.       Infus dextrosa 5 % atau larutan garam fisiologis 1 liter dalam satu jam pertama.
b.      Bila his yang menyebabkan rasa sakit yang berlebihan berikan injeksi petidin 50 mg.
c.       Berikan antibiotik secukupnya bila ketuban sudah lama pecah.

1.         His hipotonik
Adalah his yang sifatnya lebih lama, lebih singakat dan lebih jarang dibandingkan his yang normal. Inersia uteri dibagi dua keadaan yaitu primer dan sekunder.
Pada fase laten diagnosis akan lebih sulit tetapi bila sebelumnya telah ada kontraksi (his) yang kuat dan lama maka diagnosis ini akan lebih mudah ditegakkan.
Penanganan inersia uteri :
Periksa keadaan servik, persentasi dan kondisi janin, penurunan bagian terbawah janin dan keadaan panggul kemudian buat tindakan dan rencana ; berikan oksitosin drip 5-10 satuan dalam dextrosa 5 % (12 tetes/menit) kemudian naikkan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit ; bila his tidak kuat oksitosin drip di stop kemudian berikan obat penenang : Valium 10 mg, bila disertai dengan disproporsi sepalo velpis kemudian tindakan SC, his kuat menyebabkan inersia uteri sekunder dengan KU ibu lemah dan partus telah berlangsung 24 jam primi dan 18 jam multi. Lakukan SC.

2.         His hipertonik
His hipertoni adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi.
Penanganan :
Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebaginya.
Kemudian janin tidak lahir dalam waktu dekat (4-6 jam), bila ada tanda-tanda obstruksi lakukan SC, bila partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena lahir tiba-tiba dan cepat.

3.         His yang tidak terkoordinasi
Merupakan sifat his yang berubah-ubah tidak ada koordinasi dan sinkronasi antara kontraksi dan bagian-bagiannnya. Jadi kontraksinya tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.
Penanganannya :
Berikan (sedativa dan analgetik) seperti morfin, petidine dan valium; apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut lakukan porseps/SC.

2.1.2   Deteksi Dini Kelainan/ Kemacetan Persalinan Pada Patograf
1.      Kelainan bayi
a.         Bayi besar (makrosomi/ giant baby)
Adalah bayi dengan BB >4000 gr.
Etiologi
·            DM (diabetes Melitus)
·            Keturunan
·            Multiparitas dengan riwayat makrosomia sebelumnya
Penanganan
       Periksa kehamilan di pos bidan atau puskesmas atau instansi kesehatan lain, sebaga  tempat skrining awal, ada tidaknya masalah kehamilan seorang ibu.
       Memeriksakan kehamilan secara teratur.
       Segera rujuk kerumah sakit untuk pemeriksaan sonografi/sesar pada saat menjelang persalinan.
       Pemeriksaan kadar gula darah.
Pencegahan
Dengan melakukan penimbangan BB ibu selama hamil dengan teratur, pengukuran TFU dan pengaturan pola makan yang benar, ANC teratur, USG;pemeriksaan bayi besar dengan USG akan memberikan ketepatan 90%, sedangkan dengan pemeriksaan fisik saja seperti menimbang BB ibu dan TFU, ketepatannya sekitar 50%.
b.         Hydrochepalus
Hydrocepalus adalah keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalis dalam pentrikel otak,sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun.cairan yang tertimbun dalam pentrikel biasanya antara 500-1500 ml,akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter.hydrosepalus sering disertai kelaianan bawaan lain seperti misalnya spinabipida.

            
Etiologi
Penyebabnya adalah bila terjadi penyumbatan aliran cairan cerebro spinalis (CSS) pada salah satu tempat antara tempat pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorbsi dalam ruang subarackhnoid.akibat penyumbatan, terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya.
Hydrosepalus di sebabkan oleh satu dari tiga faktor :
·         Produksi CSS yang berlebihan
·         Obstruksi jalur CSS
·         Gangguan absorbsi CSS

Diagnosis
Hidrosepalus dapat ditegakkan dengan CT scan dan ultrasonografi (USG).bentuk kepala pada hidrosepalus lebih bundar dan pada tengkorak normal agak lonjong,tebalnya tulang tengkorak yang hanya memberikan bayangan yang tipis pada hidrosepalus.
Harus diingat bahwa kemungkinan hidosefalus jika: kepala tetap tinggi walaupun panggul baik dan his kuat dalam persalinan, kepala tetap dapat digoyang dan sutura sangat lebar pada perabaan akir kehamilan primipara, tampa ada spina bifida pada tubuh yang sudah lahir pada letak sunsang, pada pemeriksaan USG tampak gambaran ventrikumegali atau perubahan sudut pleksus koroidalis.

Manifestasi Klinik
Tanda awal dan gejala hidrosefalus tergantung pada dimulainya dan derajat ketidak seimbangan kapasitas produksi dan reabsorbsi CSS. Hidrosefalus terjadi pada masa Neonatus, Hidrosefalus terjadi pada masa anak-anak
Pada ibu hamil dengan janin hidrosefalus akan terjadi bahaya pada ibu, apabila tidak segera dilakukan pertolongan, bahay ruptur uteri akan mengancam penderita. Ruptur uteri pada hidrosefalus dapat terjadi sebelum pembukaan serviks menjadi lengkap, karena tengkorak yang besar ikut meregangkan segmen bawah uterus. Hidrosefalus yang tidak diterapi/ dioperasi akan menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis serta kecerdasan.

Penanganan
Persalinan dengan wanita dengan janin hidrosefalus perlu dilakukan dengan pengawasan yang seksama, karena bahaya terjadinya ruptur uteri mengancam. Pada hidrosefalus yang nyata, kepala janin harus dikecilkan pada permulaan persalinan.
Pada pembukaan 3 cm cairan cerebrospinalis dikeluarkan dengan fungsi pada kepala mengguanakan jarum spinal, setelah kepala mengecil, bahaya regangan segmen bawah uterus hilang, sehingga tidak terjadi kesulitan penurunan kepala ke dalam rongga panggul.
Bila janin dalam letak sunsang, pengeluaran cairan dari kepala yang tidak dapat lahir dilakukan dengan pungsi atauperforsi melalui foramen oksipitalis magnum atau sutura temporalis. Dianjurkan pula untuk mencoba melakukan ventrikulosentesis trans abdominal dengan jarum spinal, kandung kencing harus dikosongkan terlebiih dahulu.

Akibat Hidrosefalus
Tanpa tindakan operasi, penimbunan cairan akan mengakibatkan penekanan pada jaringan otak normal dan selanjutnya akan mengganggu berbagai fungsi otak, termasuk fungsi-fungsi vital yang dapat mempengaruhi jantung dan paru.

c.       Anencephalus
Anencephalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan otak tidak terbentuk. Anenchepalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan pembentuk otak.
Anenchepalus terjadi ketika tabung saraf sebelah  atas gagal menutup, tetapi penyebabnya yang pasti tidak diketahui.

             
Etiologi
Penyebab anenchepalus antara lain: faktor mekanik, faktor infeksi, faktor obat, faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor lainnya.
Faktor resiko terjadinya anenchepalus adalah faktor Ibu usia resti, riwayat anenchepalus pada kehamilan sebelumnya, hamil dengan kadar asam folat yang rendah, fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol, kekurangan gizi (malnutrisi), mengkonsumsi kafein, tar, alkohol dan lain-lain selama masa kehamilan.

Gejala anenchepal
Gejala yang dikandung mengalami anenchepalus jika ibu hamil mengalami polihidramnion ( cairan ketuban didalam rahim terlalu banayk), bayi tidak memiliki tulang tengkorak tidak memiliki otak (hemisfer serebri dan serebelum), terdapat kelainan gambaran (rancu) tengkorak kepala pada pemeriksaan USG.
Untuk menegakkan diagnosa selain dari tanda dan gejala, maka pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah: kadar asam lemak dalam serum ibu hamil, amniosentesis (untuk mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-fetoprotein) kadar alfa-fetoprotein meningkat (menunjukkan adanya kelainan tabung saraf) kadar estriol pada air kemih ibu, kadar estriol dalam urine, lakukan USG.
Diagnosis anencephalus dapat dilakukan dalam dua tahap yaitu: diagnosis antenataldan diagnosis posnatal. Diagnosis antenatal umumnya bila ibu hamil dengan faktor resiko kelainan kongenital. Diagnosis prenatal bila kelainan kongenital sudah positif ditemukan.

Prognosis
Prognosis untuk kehamilan dengan anenchepalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah  lahir.
Perawatan dan penanganan janin / bayi.

d.      Kembar siam
Adalah keadaan anak kembar yang kembar organ tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Karena terjadinya pemisahan yang lambat, maka pemisahan anak tidak sempurna maka terjadilah kembar siam. (UNPAD 1998).

Prognosis
Jika pembelahan zygot terjadi diawal pembuahan (1-3 hari setelah pembuahan) maka setiap embrio biasanya akan memilki kantung ketuban yang berbeda dan satu plasenta. Tetapi jika pembelahan terjadi setelah 14 hari maka kemungkinan kembar akan terjadi join/mnempel bersama pada bagian dari tubuhnya atau pembelahan yang tidak sempurna yang disebut siam. Jadi kembar siam terjadi pada kembar monozygot.

e.       Gawat janin
Terjadi bila janin tidak menerima cukup oksigen, sehingga mengalami hipoksia.
Etiologi
    Insufesiensi uteroplasenter akut (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu singkat).
    Insufesiensi uteroplasenter kronik (kurangnya aliran darah uterus-plasenta dalam waktu lama).
    Diabetes mellitus : pada ibu yang menderita DM maka kemungkinan pada bayi akan mengalami hipoglikemia karena pada ibu yang diabetes mengalami toleransi glukosa terganggu dan sering kali disertai dengan hipoksia.
    Isoimunisasi Rh, postmaturitas Atau dismaturitas, kompresi/penekanan tali pusat.
Diagnosis
Seringkali indikator gawat janin yang pertama adalah perubahan dalam pola denyut jantung janin (bradikardi, takikardi, tidak adanya variabilitas atau deselerasi lanjut). Hipotensi pada ibu, suhu tubuh yang meningkat atau kontraksi uterus yang hipertonik atau ketiganya secara keseluruhan dapat menyebabkan asfiksia.
Indikasi kemungkinan gawat janin
-          Bradikardi
-          Takikardi
-          Variabilitas DJJ yang menurun
-          Pola deselerasi
-          Ph darah janin menurun (normal 7,25)
-          Mekonium dalam cairan amnion
Penatalaksanaan
Prinsip umum :
Pasien dibaringkan miring kiri, berikan oksigen, lakukan penilaian apakah persalinan dapat berlangsung normal atau kelahiran segera merupakan indikasi, rencana kelahirn (pervaginam/perabdominal) didasarkan pada faktor-faktor etiologi, kondisi janin, riwayat obstetric dan keadaan jalan lahir.
Prinsip khusus :
    Posisi ibu diubah dari posisi terlentang ke posisi lateral sebagai usaha untuk membebaskan kompresi aortokaval dan memperbaiki aliran darah balik, curah jantung dan aliran darah utero plasenter.
    Pemberian oksigen 6 liter/menit.
    Hipotensi dikoreksi dengan infus IV dektrosa 5% dalam larutan ringer laktat. Transfusi darah dapat diindikasikan pada syok hemoragik.
    Pemeriksaan pervaginam menyingkirkan prolaps tali pusat dan menentukan jalan lahir.
    Pengisapan mekonium dari jalan nafas bayi mengurangi resiko aspirasi mekonium.
    Rencanakan persalinan
2.      Kelainan His/ tenaga
a.      Intertia Uteri
Adalah pemanjangan fase laten atu aktif atau kedua-duanya dari kal pembukaan. Pemanjangan fase laten dapat disebabkan karena serviks yang belum matang atau karena penggunaan analgesi yang terlalu cepat. Pemanjangan fase deselarasi diketemukan pada disproporsi cepalopelfik atau kelainan anak. Dulu inersia uteri dibagi dalam :
·         Intertia uetri primer ialah kalau his lemah dari permulaan persalinan.
·          Intertia uetri sekunder kalau mula-mula his baik dan menjadi lemah karena otot-otot rahim lelah jika persalinan berlangsung lama.

Pembagian inersia yang sekarang berlaku ialah:
·         Inersia uteri hipotonis
Dimana kontraksi terkoordinasi tapi lemah hingga menghasilkan tekanan yang kurang dari 15 mmHg, His kureng sering dan pada puncak kontraksi dinding rahim masih dapat ditekan kedalam.
Pada his yang baik tekanan intrauterin mencapai 50-60 mmHg, biasanya terjadi pada fase aktif atau kala II. Maka dinamakan juga kelemahan His sekunder. Aspeksia anak jarang terjadi dan reaksi terhadap pitosin baik sekali.

Terapi
-          Kalau ketuban positif maka pengobatan ialah dengan pemecahan ketuban terlebih dahulu dan kalau perlu kemudian diberi pitosin. Pada panggul sempit absolut tentu terapinya SC. Sebelum pemberian pitosin drip kandung kencing dan raktum harus dikosongkan. Pelviks skor ditentukan karena pitosin kurang berhasil pada pelvik skor yang rendah. Sebaiknya ketuban dipecahkan dulu.

·         Inersia uteri hipertonis
Diman kontraksi tidak terkoordinasi, misalnya: kontraksi segmen tengah lebih kuat dari atas. Inersia ini sifatnya hipertonis, sering disebut inersia spatis. Pasien biasanya sangat kesakitan. Inersia uteri hipertonis terjadi dalam fase laten, maka boleh dinamakan inersia primer. Tanda-tanda fetal distres cepat terjadi.

Terapi
-          Pengobatan yang terbaik adalah morfin 10 mg atau petidin 50 mg dengan maksud menimbulkan relaksasi dan istirahat denganharapan bahwa setelah pasien itu bangun kembali timbul his yang normal. Mengingat bahaya infeksi intrapartum, kadang-kadang dicoba juga oksitosin tapi dalam larutan yang lebih rendah.tapi kalau his tidak menjadi baik dalam waktu yang tertentu lebih baik lakukan SC.
b.      tetania uteri
 Adalah his yang terlampau kuat dan terlalu sering sehingga tidak ada relaksasi rahim. Sehingga dapat menyebabkan partus presipitatus.
Penanganan :
ü  berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya, asal janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam) kemudian.
ü  Bila ada tanda-tanda obstruksi , persalinan harus diselasaikan dengan SC.
3.      Kelainan Pembukaan Serviks
Adalah terhalangnya kemajuan persalinan karena kelainan pada serviks uteri.Walaupun his normal dan baik,kadang pembukaan serviks macet karena ada kelainan yang menyebabkan servik tidak mau membuka.
Kelainan pembukaan serviks :
·         Conglutianatio orificii externi adalah portio mendatar dan menjadi tipis sekali tetapi orificium externum tetap kecil dengan pinggir yang tipis.
NB ; kalau ujung jari dimasukkan kedalam orificium biasanya pembukaan dengan cepat membesar sampai lengkap.
·         Cicatrices pada serviks dapat terjadi karena infeksi atau operasi.
·         Servik kaku (Rigid cervix)
Adalah suatu keadaan dimana seluruh serviks kaku.Keadaan ini sering dijumpai pada primigravida tua,atau karena adanya parut-parut bekas luka atau bekas infeksi atau pada karsinoma servisis.
Kejang atau  kaku serviks dibagi 2 :
    Primer mungkin dikarenakan oleh rasa takut atau pada primigravida tua atau sebab psikis.
    Sekunder oleh karena luka-luka dan infeksi yang sembuh dan meninggalkan parut.
Diagnosis
Diagnosis distosia persalinan karena serviks kaku dibuat bahwa pada his yang baik dan normal pada kala 1 menambah pembukaan;setelah dilakukan beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang tertentu.Jaga pada pemeriksaan terasa pada serviks tegang dan kaku.
Penanganan
Jika diagnosa yang didapatkan adalah serviks kaku dan setelah pemberian obat-obatan seperti valium dan pethidin tidak merubah sifat kekakuan tindakan kita adalah melakukan seksio sesaria.

·         Serviks gantung (Hanging cervix)
Adalah suatu keadaan dimana ostium uteri eksternum dapat terbuka lebar,sedangkan ostium uteri internum tidak mau membuka.serviks akan tergntung seperti corong.

·         Serviks konglumer (Conglumeratio cervix)
Adalah suatu keadaan dimana ostium uteri internum dapat membuka sampai lengkap,sedangkan ostium uteri eksternum tidak mau membuka. Kejadian ini sering kali kita jumpai pada wanita dengan prolaps uteri yang menjadi bumil dengan serviks dan porsio yang panjang.
Dalam hal ini serviks dapat menjadi tipis,namun ostium uteri eksternum tidak membuka atau hanya membuka 5 cm.
Penanganan tergantung pada keadaan turunnya kepala janin :
    Ostium uteri eksternum dicoba melebarkan pembukaannya secara digital memakai diladator
    Ostium uteri eksternum diperlebar dengan sayatan masing-masing selebar 1-2 cm dengan demikian pembukaan menjadi lengkap dan partus dapat dipimpin atau diselesaikan dengan ekstraksi vakum atau forsep.
    Bila hal-hal diatas tidak berhasil atau tidak mungkin sebaiknya dilakukan seksio sesaria.
·         Edema serviks
Bila dijumpai edema yang hebat dari serviks disertai hematoma dan nekrosis ini merupakan tanda adanya obstruksi.Bila syarat-syarat untuk ekstraksi vakum atau forseps tidak mungkin sebaiknya dilakukan seksio sesaria.

4.      Kelainan Penurunan Kepala
1.         Positio occipito posterior persistens.
Kebanyakan persalinan dengan Positio occipito posterior mengalami putaran paksi sehingga anak lahir dengan occiput di bawah sympisis.karena sudut pemutaran besar,maka kala II biasanya sedikit lebih panjang.
Putaran paksi ini baru terjadi di hodge III malahan kadang-kadang baru terjadi di hodge IV. Sebab-sebab tidak terjadinya putaran paksi ialah panggul antropoid,android,kesempitan panggul tengah, ketuban pecah sebelum waktunya,fleksi kepala kurang,inertia uteri.
Ada kalanya occiput berputar ke belakang dan anak lahir dengan muka di bawah simpisis.ini terutama terjadi kalau fleksi berkurang.
2.      Letak muka
Letak muka adalah letak muka dengan defleksi maksimal,hingga occiput mengenai punggung terdapat dalam lordose dan biasanya terdapat di belakang.
·         Dalam kehamilan
Letak muka kadang-kadang dapat di curigai dalam kehamilan kalau :
1.      Tonjolan kepala teraba sepihak dengan punggung dan antara belakang kepala dan punggung teraba sudut yang runcing(sudut fabre),tonjolan kepala ini juga bertentangan dengan fihak bagian-bagian kecil.
2.      Bunyi jantung anak terdengar pada fihak bagian-bagian kecil.
·            Dalam persalinan
Dengan pemeriksaan dalam pada pembukaan yang cukup besar teraba,orbita,hidung,tulang pipi,mulut dan dagu.karena muka agak lunak harus di bedakan dengan bokong.
Sebab-sebab letak muka dapat terbagi atas 2 golongan :
1.      Letak muka primer yang disebabkan oleh kelainan anak dan tak dapat di perbaiki seperti,struma congenital,kelainan tulang leher,lilitan tali pusat yang banyak,meningocele,anenchepal.
2.      Letak muka sekunder dapat di perbaiki anak normal,panggul picak,anak besar,dinding perut kendor,hingga rahim jauh kedepan,bagian-bagian yang menumbung dan hydramniom.
NB : letak muka dapat lahir spontan,pada umumnya partus lebih lama,yang meninggikan angka kematian janin.kemungkinan rupture perinium lebih besar.
Jika dagu terdapat sebelah belakang masih ada kemungkinan bahwa dagu memutar kedepan dan persalinan berlangsung spontan. Jika ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan maka forceps hanya di pergunakan kalau :
1.      Kepala sudah sampai di hodge IV
2.      Dagu terdapat sebelah depan
Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi maka lebih baik lakukan SC.
Jika dagu tetap di belakang (positio mento posterior persistens) maka persalinan tidak dapat berlangsung spontan,sebabnya ialah karena untuk menyesuaikan diri dengan lengkung panggul anak tidak mungkin karena defleksinya sudah maksimal.
Terapi keadaan ini adalah :
1.      SC kalau anak masih hidup
2.      Perforasi kalau anak sudah meninggal.

3.      Letak dahi
Letak dahi adalah letak kepala dengan defleksi yang sedang hingga dahi menjadi bagian yang terendah.
Biasanya letak dahi hanya bersifat sementara, dan dengan majunya persalinan menjadi letak muka atau letak belakang kepala, letak dahi yang menetap agak jarang terjadi.
Diagnosa
Dalam kehamilan letak dahi jarang dapat di ketahui karena dengan palpasi saja paling-paling dapat kita curigai letak defleksi ialah kalau :
ü  Tonjolan kepala teraba pada pihak punggung anak (bertentangan dengan bagian-bagian kecil).
ü  Kalau bunyi jantung anak dan bagian-bagian kecil anak sepihak.
NB : biasanya letak dahi baru dapat di diagnosa waktu persalinan kalau pembukaan sudah cukup besar, maka teraba sutura frontalis, ubun-ubun besar, pinggir orbita dan pangkal hidung.
Pada letak dahi yang bersifat sementara anak dapat lahir spontan sebagai letak belakang kepala atau letak muka. Kalau letak dahi menetap maka prognosa buruk,kecuali kalau anak kecil.

4.      Letak sungsang
Letak sungsang adalah letak memanjang dengan bokong sebagai bagian yang terendah (presentasi bokong)
Letak sungsang dibagi sebagai berikut :
1.      Letak bokong murni (franc breech)
Presentase bokong murni yaitu bagian bokong saja yang menjadi bagian depan sedangkan kedua tungkai lurus keatas.
2.      Letak bokong kaki (complete breech)
Disebut letak bokong kaki sempurna atau tidak sempurna kalau di samping bokong teraba kedua kaki atau kaki saja.
3.      Letak lutut (presentasi lutut) dan letak kaki (presentasi kaki) disebut juga incomplete breech
Tergantung pada terabanya kedua kaki atau lutut atau hanya teraba satu kaki atau lutut disebut letak kaki atau lutut sempurna dan letak kaki atau lutut tidak sempurna.
Diagnosa
Pergerakan anak teraba oleh si ibu di bagian perut bawah,di bawah pusat dan ibu sering merasa benda keras (kepala) mendesa tulang iga.
Pada palpasi teraba bagian keras,bundar dan melenting pada fundus uteri.punggung anak dapat di raba pada salah satu sisi perut dan dan bagian-bagian kecil pihak berlawanan dan di atas simpisi teraba bagian yang kurang bundar dan lunak.
Bunyi jantung anak terdengar pada punggung anak setinggi pusat.kalau pembukaan sudah besar maka pada pemeriksaan dalam dapat teraba 3 tonjolan tulang ialah tuber osis ischii dan ujung os sacrum sedangkan os sacrum dapat di kenal sebagai tulang yang meruncing dengan deretan processi spinosi di tengah-tengah tulang tersebut.
Antara 3 tonjolan tulang tadi dapat di raba anus dan genitalia anak,tapi jenis kelamin anak hanya dapat di tentukan kalau oedema tidak terlalu besar.
Sebab-sebab kematian anak pada letak sungsang :
1.      Setelah pusat lahir,maka kepala anak mulai masuk kedalam rongga panggul,sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan rongga panggul. Di duga bahwa kepala harus lahir dalam 8 menit,sesudah pusat lahir supaya anak dapat lahir dengan selamat.
2.      Pada letak sungsang dapat terjadi perdarahan otak karena kepala di lahirkan dengan cepat.
3.      Dapat terjadi kerusakan dari tulang belakng karena tarikan pada badan anak.
4.      Pada letak sungsang lebih sering terjadi prolapsus foeniculi,karena bagian depan kurang baik menutup bagian bawah janin.
Pimpinan persalinan
Letak sungsang biasanya lahir spontan,karena itu jangan terlalu lekas bertindak.
Sikap konserpatif di pertahankan sampai pusat lahir.indikasi waktu setelah pembukaan lengkap, biasanya lebih pendek di bandingkan dengan letak kepala misalnya 2 jam setelah pembukaan lengkap anak sudah harus lahir.
Pertolongan persalinan dengan letak sungsang dapat di bagi sebagai berikut :
1.      Pertolongan pada kelahiran spontan
Pertolongan di mulai setelah bokong anak lahir.pada letak bokong, bokong ini di pegang dengan dua tangan sedemikian rupa,hingga kedua ibu jari pada permukaan belakang pangkal paha dan 4 jari-jari lainnya pada permukaan bokong.
Kalau kaki sudah lahir seperti pada letak bokong kaki,letak lutut dan letak kaki maka bokong di pegang sedemikian rupa hingga kedua ibu jari terletak pada lipat paha dan jari lainnya menggenggam bokong.bokong ini terus di bawa ke atas ke arah perut ibu sampai kepala lahir.
2.      Ekstraksi parsii (manual aid)
Kalau pusat sudah lahir dan tidak tidak ada kemajuan misalnya karena his lemah atau karena rintangan bahu maka tidak boleh kita menunggu terelalu lama karena pada saat ini kepala mulai masuk kedsalam rongga panggul dan menekan tali pusat pada dinding panggul hingga anak harus di lahirkan dalam lebih kurang 8 menit.
Tekhnik :
Panggul di pegang begitu rupa,hingga ibu jari berdampingan pada os sacrum, kedua jari telunjuk pada crista iliaca dan jari lainnya menggenggam bokong dan pangkal paha.
3.      Ekstraksi
Kita lakukan ekstraksi pada letak sungsang kalau kita menarik anak keluar pada waktu seluruh tubuh anak masih ada dalam jalan lahir.
Ekstraksi ada dua macam :
ü  Ekstraksi pada kaki
ü  Ekstraksi pada bokong.
Ekstraksi pada bokong jauh lebih sukar dan kurang baik prognosanya maka sedapat-dapatnya kita lakukan ekstraksi pada kaki.ekstraksi pada  bokong hanya di lakukan kalau ekstraksi pada kaki tidak mungkin.
4.      sectio sesarea
Indikasi untuk sectio sesarea antaranya panggul sempit, anak yang besar terutama pada primigravida dan tali pusat yang menumbung.
5.      Letak lintang
Pada letak lintang sumbu panjang anak tegak lurus atau hampir tegak lurus pada sumbu panjang ibu.
Sebab-sebab :
    dinding perut yang kendor seperti pada multiparitas.
    Kesempitan panggul.
    Plasenta previa
    Prematuritas
    Kelainan bentuk rahim seperti uterus arcuatus atau pada myoma uteri
    Kehamilan ganda.
NB : letak lintang merupakan letak yang tidak mungkin lahir spontan dan berbahaya untuk ibu maupun anak.biarpun lahir spontan anaknya akan meninggal.
Bahaya yang terbesar adalah ruptur uteri yang spontan atau traumatis karena persi dan ekstraksi.selain dari itu sering terjadi infeksi,karena partus lama.sebab kematian bayi ialah prolapsus foeniculli dan aspiksia karena kontraksi rahim terlalu kuat.
Juga tekukan leher yang kuat dapat menyebabkan kematian prognosa bayi sangat tergantung pada saat pecahnya ketuban.selama ketuban masih utuh bahay bagi anak dan ibu tidak seberapa,maka kita harus burusaha supaya ketuban selama mungkin utuh misalnya :
          Melarang pasien mengedan
          Pasien dengan anak yang melintang tidak di benarkan berjalan-jalan.
          Tidak di beri obat his
          Toucher harus hati-hati jangan sampai memecahkan ketuban,malahan di luar RS sedapat-dapatnya jangan di lakukan toucher.




BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Distosia adalah kesulitan dalam jalannnya persalinan. Distosia karena kelainan tenaga/his adalah his yang tidak normal baik kekuatan maupun sifatnya sehingga menghambat kelancaran persalinan. Deteksi dini kelainan/kemacetan persalinan pada partograf yaitu distosia akibat kelainan bayi seperti bayi besar, hydrocephalus, anencephalus, gawat janin dan lain. Kelainan his/tenaga seperti inertia uteri, tetania uteri. Kelainan pembukaan serviks dan kelainan penurunan kepala.
Kebanyakan persalinan dengan Positio occipito posterior mengalami putaran paksi sehingga anak lahir dengan occiput di bawah sympisis.karena sudut pemutaran besar,maka kala II biasanya sedikit lebih panjang. letak muka dapat lahir spontan,pada umumnya partus lebih lama,yang meninggikan angka kematian janin.kemungkinan rupture perinium lebih besar

3.2    Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa makalah ini sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran  dari pembaca yang bersifat membangun sehingga makalah ini lebih sempurna dan bermanfaat bagi kita semua.



DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam.1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Rukiyah, Ai Yeyeh dkk.2010. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Trans media info
Saifuddin, Andul Bari. 2010. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirahardjo. Jakarta ; PT Bina Pustaka sarwono prawirohardjo


Tidak ada komentar:

Posting Komentar